Asal-Usul Legenda Para Kaisar Jepang ~ Titisan Dewa Matahari "Amaterasu"

Bicara soal Jepang, maka tidak terlepas dari Matahari. Memang benar adanya, karena menurut Kojiki (cerita zaman kuno Jepang), para kaisar Jepang merupakan titisan Dewa Matahari. Dan hingga sekarang, anggapan tersebut masih kuat melekat di dalam kebudayaan Jepang sendiri.


Dewi Matahari Amaterasu





Dalam mitologi Jepang, legenda Dewi Matahari sudah ada sejak zaman Neolithikum (zaman batu muda), yaitu pada zaman Jōmon (Jōmon shikidoki), kira-kira 10.000 SM . Dewi Matahari dikenal dengan nama Amaterasu, lengkapnya ialah "Amaterasu-O-Mi-Kami", yang mungkin secara harfiah diterjemahkan sebagai "dia yang membuat surga bersinar". Dewi ini juga dikenal sebagai Omikami (illustrious goddess).

Amaterasu, dewi matahari Shinto, adalah yang paling penting dalam kumpulan dewa ajaran Shinto. Dia dianggap nenek moyang kaisar jepang dan merupakan yang paling dihormati di surga. Tapi dia bukanlah yang terkuat, dan pada kenyataannya, banyak cerita-cerita yang menggambarkan dirinya tampak sangat manusiawi, meskipun tentu saja, dalam skala ke-ilahian.

Menurut mitologi Shinto dan Kojiki, setelah dunia terbentuk, turunlah dewa Izanagi no Mikoto dan Izanami no Mikoto. Di dalam proses penciptaan, Amaterasu lahir ketika Izanagi yang kembali dari kegagalannya untuk menyelamatkan istrinya, Izanami dari Yomi (tanah kematian/underworld).

Amaterasu dilahirkannya dari mata kirinya, dan pada saat yang sama, saudara perempuannya, Dewi Bulan : Tsukiyomi, lengkapnya  Tsukiyumi no Mikoto (yang dalam beberapa cerita digambarkan sebagai pria), lahir dari mata kanannya, serta yang terakhir, si bungsu, Susanoo, lengkapnya Susa no Ō no Mikoto (dewi Laut dan Badai/dewi perusak), lahir dari hidungnya. Amaterasu dan Tsukiyumi tinggal di nirwana, sedangkan Susa no Ō tinggal di bumi.

Izanagi (laki-laki) dan Izanami (perempuan) adalah dua dewa pertama yang diciptakan oleh Kunitokotachi dan Amenominakanushi, dua dari zōka-sanshin (three kami/god/spirit of creation) yang menciptakan dan membentuk banyak pulau-pulau dan merupakan leluhur dari tanah Jepang.


Pembagian Kekuasaan dan Kecemburuan Antar Dewa




Izanagi kemudian memberikan Amaterasu manik-manik yang suci (Yasakani no Magatama) dan mengatakan kepadanya, bahwa ia akan memerintah atas surga. Sedangkan saudaranya Susanoo-Wo akan memerintah atas laut.

Tapi Susanoo cemburu pada kakaknya dan mengatakan kepada ayahnya, ia tidak menerimanya dan akan pergi ke Yomi untuk bergabung dengan ibunya, Izanami. Hal ini membuat Izanagi sangat marah. Ia mengusir Susanoo dari hadapan-nya.

Susanoo kemudian pergi menemui kakaknya Amaterasu untuk mengucapkan selamat tinggal. Akan tetapi Amaterasu menduga itu hanyalah trik Susanoo belaka dan menyiapkan busur serta anak panah bersamanya.

Susanoo meyakinkannya ia bermaksud baik dan memprotes kakaknya, tapi akhirnya dia tidak dapat menyembunyikan kecemburuannya. Dia menyarankan diadakannya kontes untuk melihat siapa yang lebih kuat. Siapapun yang dapat menciptakan lebih banyak dewa akan menjadi pemenang, kata Susanoo.

Amaterasu mulai dengan mematahkan pedang adiknya menjadi tiga potong dan memakannya. Ketika dia meludahkan potongan tersebut, kabut terbentuk di udara. Tiga dewi terbentuk dari kabut itu. Susanoo tidak terkesan. Dia mengambil manik-manik kakaknya dan menghancurkan mereka dengan giginya. Lima dewa laki-laki muncul.

Susano-Wo merasa menang, tapi Amaterasu menolaknya dengan mengatakan bahwa kelima dewa itu datang dari perhiasannya, sedangkan pedang adiknya hanya memunculkan tiga dewan dan mereka semua perempuan.


Kemarahan Amaterasu




Susanoo mengamuk di seluruh bumi, mengklaim bahwa ia adalah pemenang kompetisi. Dia membanjiri sawah dan menyebabkan kerusakan besar. Dia bahkan mengotori kuil di mana panen padi akan dipersembahkan dan buang air besar di dalamnya.

Akhirnya, ia mengambil kuda poni dan dikuliti hidup-hidup, kemudian binatang itu dilemparkan ke ruang suci di mana Amaterasu sedang menenun dengan pembantunya. Sangat malu dan marah, Amaterasu kemudian pergi masuk ke sebuah gua yang gelap, meninggalkan bumi dalam kegelapan dan ketidakseimbangan dan menolak untuk keluar lagi.

Dewa bumi akhirnya memutuskan untuk mengelabui Amaterasu supaya muncul kembali, sehingga dunia tidak lagi diliputi dengan kegelapan. Mereka menempatkan/menggantungkan Yata-no-Kagami, cermin suci yang dibuat oleh Ama-Tsu-Mara dan Ishi-Kori-Dome, di depan gua-nya, bersama dengan ayam yang berkokok sebelum fajar.

Kemudian mereka meminta dewi Uzume untuk menari di depan gua. Uzume mulai dengan perlahan-lahan, tapi dengan cepat menemukan ritme-nya. Dewi agak gemuk ini begitu senang, bahkan sampai melepaskan dan melempar semua pakaiannya dan menari liar, membuat semua yang melihatnya tertawa sangat keras.

Amaterasu mendengar suara tawa dan bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi. Ketika ia tiba di mulut gua untuk menyelidiki, ia melihat bayangannya di cermin (Yata-no-Kagami). Penasaran, ia bertanya siapakah dewi indah yang indah itu. Para dewa yang lain mengatakan, bahwa itu adalah penggantinya.

Terpesona dengan kecantikannya sendiri, ia kemudian muncul perlahan-lahan untuk memeriksa-nya. Tajikawa dengan cepat menutup pintu masuk gua. Dunia akhirnya kembali diterangi oleh cahaya dan keseimbangan tercapai.

Ketikan muncul dari kegelapan, Amaterasu menunjukkan kepada orang-orang bagaimana menanam padi dan gandum, menenun, dan membudidayakan ulat sutera. Beberapa orang mengatakan, ia dan pembantunya menenun dan terus menenun kain dari alam semesta.

Sementara itu Susanoo, dihukum oleh para dewa lainnya. Jenggot dan kumisnya dipotong, kuku-kukunya dicabut, dan diusir dari surga. Dia kemudian pergi dan berpetualang di bumi. Pada suatu ketika, ia membunuh naga berkepala delapan (Yamata no Orochi), saat mati ekornya berubah menjadi sebuah pedang.

Ketika Susanooo bertobat dan mengahiri perseteruan dengan kakaknya, ia menyerahkan pedang ini kepada Amaterasu sebagai hadiah yang olehnya kemudian dinamai Ama-no-Murakumo-no-Tsurugi ("Sword of the Gathering Clouds of Heaven") atau nama lainnya, Kusanagi-no-Tsurugi ("Grasscutter Sword").


Para Kaisar Jepang Dipercaya Sebagai Keturunan Langsung Amaterasu


Kaisar Jimmu, lukisan dari zaman Meiji


Amaterasu meminta putranya, Ame-No-Oshido-Mimi, untuk menguasai bumi. Namun putranya ini menolak karena menurutnya dunia sudah dipenuhi dengan kekacauan. Lantas kemudian ia menyuruh cucunya Ninigi-no-Mikoto turun ke bumi untuk memerintah.

Pertama kali ia mendarat di Hyuga (sekarang Kyūshū) dan dibekali oleh Amaterasu 3 buah pusaka, yaitu Permata Yasaka, Cermin Yata dan Pedang Kusanagi. Amaterasu juga mengirim 5 dewa untuk membantu Ninigi, yaitu Ame no Koyane no Mikoto (nenek moyang klan Nakatomi), Futodama no Mikoto (nenek moyang klan Inbe), Ame no Uzume no Mikoto (nenek moyang klan Sarume), Ishikoridome no Mikoto (nenek moyang pembuat cermin), dan Tamaya no Mikoto (nenek moyang pembuat permata). Dan dalam jangka waktu tiga tahun, ia berhasil menguasai bumi.

Cicit dari Ninigi dalam sejarah Jepang dikenal dengan nama Jinmu. Dia kemudian mengubah gelar Mikoto menjadi Tennō. Jinmu merupakan kaisar pertama Jepang (Jinmu Tennō) yang berkuasa dari 660 SM, hingga 585 SM.

Kemudian Jinmu melakukan perjalanan dan menetap di Yamato. Setelah Jinmu menetap di Yamato dan menjadi kaisar, zaman pra sejarah pun berakhir dan dimulailah zaman sejarah. Ninigi-no-Mikoto adalah nenek-moyang dari kekaisaran Jepang, yang merupakan keturunan langsung dari Amaterasu.

Dan hingga sekarang, di dalam kebudayaan masyarakat Jepang menganggap, bahwa seratus lebih para kaisar dan keturunannya selama ini, ialah titisan dewa matahari Amaterasu.

No comments

Silahkan Berkomentar dengan kata-kata yang baik dan sopan dikarenakan blog ini untuk semua umur. Terimakasih

Powered by Blogger.