Anti Pesugihan
cara
halal kadang membuat seseorang dibutakan mata batinnya, hingga harus
melakukan persekutuan dengan setan. Tak hanya dengan cara merampok,
mencuri dan menjambret, melakukan perbuatan korupsi untuk
mendapatkan uang dengan cara haram juga menjadi salah satu bagian dari persekutuan.
Perbuatan tercela tersebut dilakukan demi meraih satu tujuan yaitu kebahagian duniawi.
Perbuatan tercela yang dilakukan oleh orang orang yang tersesat ini sebenarnya terjadi atas dorongan setan yang mempengaruhi mata bathin dan pikiran manusia. sehingga tak lagi bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat. Kejahatan merampok, mencuri, korupsi dan kegiatan yang memperkaya diri sendiri dengan menerjang tatanan perundang undangan dan agama adalah sebuah
persekutuan yang terjadi karena ajakan sesat dari setan.
Hal ini berbeda dengan persekutuan yang dilakukan dengan cara mencari pesugihan.
Meski memiliki kesamaan memperkaya diri sendiri, tetapi persekutuan dengan
pesugihan merupakan dosa lahir dan bathin yang akan dialami oleh manusia setelah orang tersebut
mati. Selain merugikan orang lain dosa yang dilakukan oleh pemilik pesugihan akan semakin
bertambah berat karena menjadi budak setan, sekaligus mengorbankan nyawa sanak saudaranya
demi tujuan untuk memperkaya diri sendiri.
Mereka yang menempuh cara ini biasanya tak hanya lemah iman-nya, namun tak lag mengganggap bahwa Tuhan itu sebenarnya ada, mereka lebih memepercayai setan dengan melakukan persekutuan ghaib
atau yang lebih dikenal dengan istilah perkawinan ghaib. Seluruh pesugihan yang dipuja oleh manusia pada dasarnya harus mempersembahkan tumbal nyawa, hanya saja beberapa pesugihan juga bisa mencari
tumbal dengan caranya sendiri. Tetapi satu hal yang harus dilakukan oleh pemujanya yaitu harus menyiapkan satu tumbal nyawa dari orang terdekat yang sangat di sayangi pada saat awal melakukan pemujaan pesugihan.
Beberapa pemujaan yang biasa di pakai untuk pesugihan diantaranya adalah Buto Ijo, Kandang Bubrah, Blorong, Kethek Ngipri (siluman kera), Buto Bajang dan Tuyul. Seluruh pesugihan ini pada saat awal melakukan pemujaan harus mempersembahkan tumbalNyawa, hanya saja jarak pelaksanaan
pengorbanan nyawa antara yang satu dengan yang lainya berbeda beda. Blorong,
Buto Ijo, Kandang Bubrah, Buto Bajang harus mempersembahkan tumbal nyawa saat pertama kali melakukan persekutuan.
Berbeda dengan pesugihan Tuyul dan Kethek Ngipri, pesugihan jenis ini akan memakan
korban nyawa orang yang dikasihani pemujanya pada saat telah memiliki kekayaan yang berlimpah.
Selain memakan tumbal nyawa, pemilik pesugihan ini juga akan di makan iman dan raganya oleh setan yang dipujanya. Salah satunya adalah Tuyul, pemilik Tuyul harus menyusui bocah kecil setiap hari, setiap
saat sampai akhirnya tubuh pemilik Tuyul akan mengering dan mati Hal yang sama juga dialami pemilik pesugihan Kethek Ngipri (siluman kera). Pemuja pesugihan ini harus bersedia melayani nafsu birahi setan yang dipujanya sampai akhirnya si pemuja akan mati karena intisari kekuatan raganya di hisap
oleh siluman kera.
Segala persekutuan yang dilakukan dengan setan pada akhirnya tetap harus mengorbankan nyawa, sekaligus akan menjadi budak setan sepanjang masa sampai dengan hari penghakiman umat manusia.
Tak sedikit pemilik pesugihan mengorbankan nyawa orang orang yang ada di sekitar mereka, dari mulai karyawannya hingga saudara terdekat asalkan masih ada kaitan sedikit saja, mereka bisa dijadikan tumbal
pesugihan. Untuk itu kita harus mewaspadai kehidupan seperti ini, banyak orang yang terlihat baik dan dermawan yang sebenarnya mereka adalah pemilik pesugihan.
Kedermawanan dan kebaikan orang orang seperti ini biasanya dipakai untuk menutup-nutupi
pesugihan yang dimilikinya. Berbagai cara bisa dilakukan untuk menanggulangi atau menolak bala pesugihan agar pesugihan tak menjadikan orang orang terdekat mereka menjadi tumbal. Cara ini
diantaranya dengan memasang Jimat atau tumbal tolak bala di dalam rumah. Jimat anti Pesugihan ini diantaranya adalah Tulang Babi, gelungan rambut, bambu kuning dan sodo lanang, emas dan kayu cendana, serta jimat rajah kalacakra.
Tulang Babi Menurut penuturan Dewi Ayu, salah seorang spiritualis perempuan yang berasal
dari Karanganyar, Surakarta, tulang babi bisa dipakai sebagai salah satu syarat untuk
menghilangkan dan melenyapkan Blorong. Keampuhan tulang babi terletak pada rahang bawah bagian depan mulut. Tulang rahang yang berbentuk huruf V ini tak hanya biasa dipergunakan warga tionghoa sebagai sesaji tolak bala, tetapi tulang rahang babi biasanya di kubur sebagai sarana media penolak
keburukan dalam fengshui China.
Tulang babi secara alami memiliki daya penolak kekuatan magis apabila berdekatan dengan mahkluk ghaib jenis siluman, aura yang keluar dari dalam tulang mengandung unsur panas yang sangat kuat sekali, oleh
karena itu segala siluman dan jin jahat tak akan kuat apabila berdekatan dengan tulang babi.
Dengan cara dikubur di dalam tanah atau dimasukan ke dalam ruangan yang khusus di pakai sebagai sarana pemujaan pesugihan, pesugihan Blorong akan lenyap dari pemiliknya. Kamar kosong tersebut
sebenarnya merupakan syara utama sebagai tempat untuk pemujaan, oleh karena itu tulang babi sebisa mungkin bisa dimasukan kedalam kamar pemujaan pada saat hendak melenyapkan Blorong.
Gelungan rambut tak hanya dipakai sebagai pelengkap merias bagi masyarakat Jawa pada saat mengenakan pakaian tradisional kebaya, tetapi gelung rambut dalam ajaran ilmu kejawen juga bisa di pakai
sebagai senjata penolak pesugihan Buto Ijo. Kegunaan gelungan rambut sebenarnya telah dilakukan sejak dari jaman nenek moyang dulu yang telah mengenal keberadaan siluman pesugihan Buto Ijo.
Penggunaan Gelung Rabut sebagai senjata pelebur Buto Ijo sebenranya diambil berdasarkan sifat alam yang dimiliki oleh manusia, rambut sebagai mahkota yang diberikan Tuhan kepada manusia banyak
memiliki manfaatnya, selain berfungsi sebagai keindahan, aura yang terpancar keluar dari rambut konon secara alami mampu dipakai untuk melenyapkan mahkluk jahat. Penyatuan ribuan helai rambut semakin menguatkan daya kekuatan alam pada saat di pakai sebagai senjata untuk menangkal Buto ijo.
Diperlukan satu keberanian khusus saat seseorang mempersenjatai diri dengan gelung
rambut ketika hendak melenyapkan Buto Ijo, karena mereka yang membawa cemeti gelungan rambut secara harafiah juga akan mampu melihat sosok siluman Buto Ijo yang sesungguhnya. Oleh kerena itu jimat gelung
rambut biasanya hanya dipakai di kalangan spiritual sebagai senjata pamungkas pengusir Buto Ijo.
Bambu Kuning dan Sodo Lanang Jimat ini biasanya dipakai sebagai salah satu sarana untuk menolak Tuyul, bambu kuning dan sodo lanang (lidi yang berasal dari daun aren) dipasang di samping pintu depan
rumah, agar Tuyul yang hendak menyatroni rumah saat melihat kedua benda tersebut akan mengurungkan niatnya.
Sodo lanang sebenarnya merupakan salah satu senjata yang bisa di pakai untuk memukul mahkluk
gaib, oleh karena itu sodo lanang menjadi senjata yang menakutkan bagi pesugihan Tuyul.
Sedangkan bambu kuning oleh orang tua jaman dulu seringkali dipakai sebagai sarana penolak bala, tuah alam yang ada di dalam bambu kuning dipercaya mampu meleburkan segala kekuatan jahat ilmu hitam.
Tak jarang kekuatan bambu kuning juga sering dipakai untuk menghilangkan kedigdayaan seseorang yang memiliki ilmu kebal. Meski dianggap hanya sebatas benda yang berasal dari tumbuh tumbuhan, namun sebenarnya memiliki khasiat daya kekuatan untuk tolak bala
Emas dan kayu cendana biasanya di pakai sebagai salah satu cara untuk memagari rumah dari serangan ghaib maupun terjangan siluman dan pesugihan. Selain berfungsi sebagai peredam panas, emas yang di
tanam di atas kuda kuda rumah dengan cara dipantek (diganjal) kayu cendana banyak memiliki fungsi lain selain sebagai penolak bala.
Cara seperti ini telah dilakukan para leluhur sejak zaman dahulu kala, tak hanya rumah dengan arsitektur Joglo yang sering menggunakan cara tolak bala seperti ini, bahkan bangunan karaton sekalipun hampir
seluruh tiang penyangga soko guru dan penuwun (kuda kuda kayu) di pasangi emas dengan cara di panthek menggunakan kayu cendana.
Pemasangan tumbal seperti ini akan membuat rumah Jawa dengan ciri khas Joglo terasa sejuk, dingin dan nyaman pada saat orang memasukinya.
Rajah, guratan mantera yang ditulis dengan kekuatan bathin juga bisa dipakai sebagai salah satu cara untuk menangkal mahkluk ghaib yang hendak berbuat jahat kepada seseorang, tak terkecuali para pesugihan.
Salah satu guratan rajah dalam ilmu kejawen kuno yang memiliki kekuatan ghaib sangat kuat adalah Rajah Kalacakra, guratan mantera yang ditulis dengan aksara Jawa walik ini konon berasal dari para dewa yang
berfungsi sebagai cara untuk membalikan niat jahat.
“Meski peran Rajah Kalacakra sebenarnya berfungi sebagai peruwatan diri seseorang, namun karena kekuatan yang terkandung di dalam guratan rajah sangat kuat, maka banyak spiritualis yang memakainya sebagai penolak bala, tak terkecuali untuk menangkal pesugihan,” pungkas Dewi Ayu.
Sulitnya mencari rejeki dengan mendapatkan uang dengan cara haram juga menjadi salah satu bagian dari persekutuan.
Perbuatan tercela tersebut dilakukan demi meraih satu tujuan yaitu kebahagian duniawi.
Perbuatan tercela yang dilakukan oleh orang orang yang tersesat ini sebenarnya terjadi atas dorongan setan yang mempengaruhi mata bathin dan pikiran manusia. sehingga tak lagi bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat. Kejahatan merampok, mencuri, korupsi dan kegiatan yang memperkaya diri sendiri dengan menerjang tatanan perundang undangan dan agama adalah sebuah
persekutuan yang terjadi karena ajakan sesat dari setan.
Hal ini berbeda dengan persekutuan yang dilakukan dengan cara mencari pesugihan.
Meski memiliki kesamaan memperkaya diri sendiri, tetapi persekutuan dengan
pesugihan merupakan dosa lahir dan bathin yang akan dialami oleh manusia setelah orang tersebut
mati. Selain merugikan orang lain dosa yang dilakukan oleh pemilik pesugihan akan semakin
bertambah berat karena menjadi budak setan, sekaligus mengorbankan nyawa sanak saudaranya
demi tujuan untuk memperkaya diri sendiri.
Mereka yang menempuh cara ini biasanya tak hanya lemah iman-nya, namun tak lag mengganggap bahwa Tuhan itu sebenarnya ada, mereka lebih memepercayai setan dengan melakukan persekutuan ghaib
atau yang lebih dikenal dengan istilah perkawinan ghaib. Seluruh pesugihan yang dipuja oleh manusia pada dasarnya harus mempersembahkan tumbal nyawa, hanya saja beberapa pesugihan juga bisa mencari
tumbal dengan caranya sendiri. Tetapi satu hal yang harus dilakukan oleh pemujanya yaitu harus menyiapkan satu tumbal nyawa dari orang terdekat yang sangat di sayangi pada saat awal melakukan pemujaan pesugihan.
Beberapa pemujaan yang biasa di pakai untuk pesugihan diantaranya adalah Buto Ijo, Kandang Bubrah, Blorong, Kethek Ngipri (siluman kera), Buto Bajang dan Tuyul. Seluruh pesugihan ini pada saat awal melakukan pemujaan harus mempersembahkan tumbalNyawa, hanya saja jarak pelaksanaan
pengorbanan nyawa antara yang satu dengan yang lainya berbeda beda. Blorong,
Buto Ijo, Kandang Bubrah, Buto Bajang harus mempersembahkan tumbal nyawa saat pertama kali melakukan persekutuan.
Berbeda dengan pesugihan Tuyul dan Kethek Ngipri, pesugihan jenis ini akan memakan
korban nyawa orang yang dikasihani pemujanya pada saat telah memiliki kekayaan yang berlimpah.
Selain memakan tumbal nyawa, pemilik pesugihan ini juga akan di makan iman dan raganya oleh setan yang dipujanya. Salah satunya adalah Tuyul, pemilik Tuyul harus menyusui bocah kecil setiap hari, setiap
saat sampai akhirnya tubuh pemilik Tuyul akan mengering dan mati Hal yang sama juga dialami pemilik pesugihan Kethek Ngipri (siluman kera). Pemuja pesugihan ini harus bersedia melayani nafsu birahi setan yang dipujanya sampai akhirnya si pemuja akan mati karena intisari kekuatan raganya di hisap
oleh siluman kera.
Segala persekutuan yang dilakukan dengan setan pada akhirnya tetap harus mengorbankan nyawa, sekaligus akan menjadi budak setan sepanjang masa sampai dengan hari penghakiman umat manusia.
Tak sedikit pemilik pesugihan mengorbankan nyawa orang orang yang ada di sekitar mereka, dari mulai karyawannya hingga saudara terdekat asalkan masih ada kaitan sedikit saja, mereka bisa dijadikan tumbal
pesugihan. Untuk itu kita harus mewaspadai kehidupan seperti ini, banyak orang yang terlihat baik dan dermawan yang sebenarnya mereka adalah pemilik pesugihan.
Kedermawanan dan kebaikan orang orang seperti ini biasanya dipakai untuk menutup-nutupi
pesugihan yang dimilikinya. Berbagai cara bisa dilakukan untuk menanggulangi atau menolak bala pesugihan agar pesugihan tak menjadikan orang orang terdekat mereka menjadi tumbal. Cara ini
diantaranya dengan memasang Jimat atau tumbal tolak bala di dalam rumah. Jimat anti Pesugihan ini diantaranya adalah Tulang Babi, gelungan rambut, bambu kuning dan sodo lanang, emas dan kayu cendana, serta jimat rajah kalacakra.
Tulang Babi Menurut penuturan Dewi Ayu, salah seorang spiritualis perempuan yang berasal
dari Karanganyar, Surakarta, tulang babi bisa dipakai sebagai salah satu syarat untuk
menghilangkan dan melenyapkan Blorong. Keampuhan tulang babi terletak pada rahang bawah bagian depan mulut. Tulang rahang yang berbentuk huruf V ini tak hanya biasa dipergunakan warga tionghoa sebagai sesaji tolak bala, tetapi tulang rahang babi biasanya di kubur sebagai sarana media penolak
keburukan dalam fengshui China.
Tulang babi secara alami memiliki daya penolak kekuatan magis apabila berdekatan dengan mahkluk ghaib jenis siluman, aura yang keluar dari dalam tulang mengandung unsur panas yang sangat kuat sekali, oleh
karena itu segala siluman dan jin jahat tak akan kuat apabila berdekatan dengan tulang babi.
Dengan cara dikubur di dalam tanah atau dimasukan ke dalam ruangan yang khusus di pakai sebagai sarana pemujaan pesugihan, pesugihan Blorong akan lenyap dari pemiliknya. Kamar kosong tersebut
sebenarnya merupakan syara utama sebagai tempat untuk pemujaan, oleh karena itu tulang babi sebisa mungkin bisa dimasukan kedalam kamar pemujaan pada saat hendak melenyapkan Blorong.
Gelungan rambut tak hanya dipakai sebagai pelengkap merias bagi masyarakat Jawa pada saat mengenakan pakaian tradisional kebaya, tetapi gelung rambut dalam ajaran ilmu kejawen juga bisa di pakai
sebagai senjata penolak pesugihan Buto Ijo. Kegunaan gelungan rambut sebenarnya telah dilakukan sejak dari jaman nenek moyang dulu yang telah mengenal keberadaan siluman pesugihan Buto Ijo.
Penggunaan Gelung Rabut sebagai senjata pelebur Buto Ijo sebenranya diambil berdasarkan sifat alam yang dimiliki oleh manusia, rambut sebagai mahkota yang diberikan Tuhan kepada manusia banyak
memiliki manfaatnya, selain berfungsi sebagai keindahan, aura yang terpancar keluar dari rambut konon secara alami mampu dipakai untuk melenyapkan mahkluk jahat. Penyatuan ribuan helai rambut semakin menguatkan daya kekuatan alam pada saat di pakai sebagai senjata untuk menangkal Buto ijo.
Diperlukan satu keberanian khusus saat seseorang mempersenjatai diri dengan gelung
rambut ketika hendak melenyapkan Buto Ijo, karena mereka yang membawa cemeti gelungan rambut secara harafiah juga akan mampu melihat sosok siluman Buto Ijo yang sesungguhnya. Oleh kerena itu jimat gelung
rambut biasanya hanya dipakai di kalangan spiritual sebagai senjata pamungkas pengusir Buto Ijo.
Bambu Kuning dan Sodo Lanang Jimat ini biasanya dipakai sebagai salah satu sarana untuk menolak Tuyul, bambu kuning dan sodo lanang (lidi yang berasal dari daun aren) dipasang di samping pintu depan
rumah, agar Tuyul yang hendak menyatroni rumah saat melihat kedua benda tersebut akan mengurungkan niatnya.
Sodo lanang sebenarnya merupakan salah satu senjata yang bisa di pakai untuk memukul mahkluk
gaib, oleh karena itu sodo lanang menjadi senjata yang menakutkan bagi pesugihan Tuyul.
Sedangkan bambu kuning oleh orang tua jaman dulu seringkali dipakai sebagai sarana penolak bala, tuah alam yang ada di dalam bambu kuning dipercaya mampu meleburkan segala kekuatan jahat ilmu hitam.
Tak jarang kekuatan bambu kuning juga sering dipakai untuk menghilangkan kedigdayaan seseorang yang memiliki ilmu kebal. Meski dianggap hanya sebatas benda yang berasal dari tumbuh tumbuhan, namun sebenarnya memiliki khasiat daya kekuatan untuk tolak bala
Emas dan kayu cendana biasanya di pakai sebagai salah satu cara untuk memagari rumah dari serangan ghaib maupun terjangan siluman dan pesugihan. Selain berfungsi sebagai peredam panas, emas yang di
tanam di atas kuda kuda rumah dengan cara dipantek (diganjal) kayu cendana banyak memiliki fungsi lain selain sebagai penolak bala.
Cara seperti ini telah dilakukan para leluhur sejak zaman dahulu kala, tak hanya rumah dengan arsitektur Joglo yang sering menggunakan cara tolak bala seperti ini, bahkan bangunan karaton sekalipun hampir
seluruh tiang penyangga soko guru dan penuwun (kuda kuda kayu) di pasangi emas dengan cara di panthek menggunakan kayu cendana.
Pemasangan tumbal seperti ini akan membuat rumah Jawa dengan ciri khas Joglo terasa sejuk, dingin dan nyaman pada saat orang memasukinya.
Rajah, guratan mantera yang ditulis dengan kekuatan bathin juga bisa dipakai sebagai salah satu cara untuk menangkal mahkluk ghaib yang hendak berbuat jahat kepada seseorang, tak terkecuali para pesugihan.
Salah satu guratan rajah dalam ilmu kejawen kuno yang memiliki kekuatan ghaib sangat kuat adalah Rajah Kalacakra, guratan mantera yang ditulis dengan aksara Jawa walik ini konon berasal dari para dewa yang
berfungsi sebagai cara untuk membalikan niat jahat.
“Meski peran Rajah Kalacakra sebenarnya berfungi sebagai peruwatan diri seseorang, namun karena kekuatan yang terkandung di dalam guratan rajah sangat kuat, maka banyak spiritualis yang memakainya sebagai penolak bala, tak terkecuali untuk menangkal pesugihan,” pungkas Dewi Ayu.
Post a Comment