Budidaya Tebu - Hama Pengganggu Tanaman Tebu
Ilustrasi budidaya tebu
Dalam setiap usaha budidaya tanaman, hama dan penyakit selalu saja menjadi permasalahan yang dihadapi para petani. Tak terkecuali dalam usaha budidaya tebu. Hama dan penyakit sangat merugikan bagi produksi perkebunan tebu. Yang jadi pertanyaan hama dan penyakit seperti apakah yang sering menyerang tanaman tebu? Berikut ini akan penukis uraikan beberapa hama dan penyakit yang sering mengganggu budidaya tebu.
Telurnya bulat panjang ditutupi dengan bulu halus seperti beledu berwarna coklat muda. Telur-telur ini biasanya akan menetas dalam waktu 1-2 minggu. Pada saat telur menetas, menjadi larva (ulat), biasanya si ulat muda akan berwarna keabuan, kemudian setelah dewas berubah menjadi warna kuning kecoklatan. Ulat ini memiliki panjang kurang dari 20mm, memiliki benang sehingga memungkinkan bergelantungan dari satu batang ke batang lain untuk memperluas areal serangan.
Serangan ulat ini melalui tulang daun menuju ke bawah, kemudian masuk dan tinggal di tengah-tengah batang. Hama ini menyerang tanaman tebu dari mulai tunas umur 2 minggu hingga umur tanaman tebu dewasa yang siap tebang. Tingkat serngan hama ini mencapai 50% dengan tingkat kematian batang yang tinggi. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan penggunaan parasit hama penggerek, yakni dengan melepas telur Trichogramma javanicum atau Allorhogas Sp.
Stadium uret yang menyerang akar tanaman tebu adalah instar 3, yakni stadium rakus karena dapat menimbulkan kerusakan ekonomis. Gejala serangan uret tanah yang dapat diamati adalah tanaman terlihat seperti mengalami kekeringan, mudah roboh, dan mudah dicabut karena akar-akarnya sudah rusak. Serangan berat pada tanaman tebu dewasa dapat meyebabkan berkurangnya bobot tebu ata rendemen gula secara drastis.
Pengendalian uret tanah dapat dilakukan dengan cara biologi, mekanik, dan kimiawi. Cara biologi dilakukan dengan melepas musuh alami, misalnya serangga parasit Campsomeris sp. dan berbagai jenis burung. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan mengumpulkan uret dan kumbangnya untuk dibunuh atau dimusnahkan, serta dengan menjaga kebersihan sanitasi perkebunan.
Sementara itu, pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan melakukan pengaplikasian pestisida yang efektif dan efisien, misalnya CR-Chlorpyrifos. Caranya, pada saat tanam, ditaburkan insektisida secara merata di dasar juringan selebar lebih kurang 15cm, kemudian ditutup tanah.
Kutu bulu putih menyerang tanaman tebu dengan cara mengisap cairan atau nira dari daun, kemudian mengeluarkan kotoran embun madu yang mengundang kehadiran semut dan kepang jelaga. Gejala serangan yang dapat diamati adalah pertumbuhan tanaman terganggu, warna daun menguning, menyebabkan kekerdilan tanaman, dan yang lebih parah adalah menyebabkan kematian tanaman.
Pengendalian hama kutu bulu putih dapat dilakukan dengan cara biologi, mekanik, dan kimiawi. Pengendalian secara biologi dilakukan dengan memelihara musuh alaminya, seperti tabuhan (Encarsia flavoscutellum). Sementara pengendalain secara mekanik dilakukan dengan cara memotong daun yang terserang dan cara kimiawi dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik, seperti Anthio 330 EC atau Supracid 40 EC.
Selain ketiga hama yang sudah dijelaskan tadi, masih banyak lagi hama yang seringkali menyerang tanaman tebu, seperti belalang, tikus sawah, dan cabuk hitam atau kutu daun. Selain hama-hama tersebut, budidaya tebu juga masih memiliki penghambat lain berupa penyakit.
Sementara blendok jawa merupakan penyakit tanaman tebu yang diakibatkan oleh bakteri xanthomonas albilineans (Ashby) Dowson. Bakteri ini hidup saprofit dalam tanah dan menular melalui perantaraan pisau yang digunakan untuk memotong stek tebu yang tidak steril.
Gejala penyakit blendok yang dapat diamati adalah pertumbuhan tanaman yang terhambat, tunas ujung membusuk, terdapat garis putih memanjang pada daun, infeksi pada batang, sehingga jika batang tersebut dibelah akan terlihat berkas-berkas pembuluh terdapat blendok berwarna kuning sampai merah tua. Serangan yang berat pada tebu akan menyebabkan akar tanaman menjadi rusak sehingga mudah dicabut.
Pengendalian penyakit blendok australia maupun blendok jawa dapat dilakukan dengan cara menanam varietas yang tahan terhadap serangannya, membinasakan tebu yang sudah terinfeksi, dan selalu menggunakan parang atau pisau pemotong stek tebu yang steril.
Gejala serangan penyakit virus mosaik adalah daun-daun menjadi terlihat belang-belang dan terlihat ada bercak-bercak memanjang berwarna hijau muda. Batang yang terinfeksi menjadi bergaris-garis putih yang tidak teratur, kering dan keriput, serta ruas-ruasnya memendek.
Pengendalian penyakit virus mosaik dapat dilakukan dengan cara menanam jenis atau varietas tebu yang tahan, misalnya Ps 41, Ps 56, Bz 132, dan Bz 148, pengamatan tanaman yang teratur, serta mencabut tanaman sakit untuk dimusnahkan.
Pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengurangi serangan penyakit-penyakit lainnya ini adalah dengan cara mnelakukan pengapuran, memperbaiki drainase tanah, menutup bidang potongan bekas stek, menggunakan pisau atau parang potong yang steril.
Nah, itulah bahasan mengenai berbagai hama dan penyakit penting yang kerap mengganggu dalam usaha budidaya tebu. Dengan pengetahuan mengenai berbagai hama dan penyakit ini, diharapkan petani menjadi lebih tanggap untuk melakukan pemberantasannya agar hasil panen tanaman tebu tetap terjaga.
Semoga bermanfaat.
Dalam setiap usaha budidaya tanaman, hama dan penyakit selalu saja menjadi permasalahan yang dihadapi para petani. Tak terkecuali dalam usaha budidaya tebu. Hama dan penyakit sangat merugikan bagi produksi perkebunan tebu. Yang jadi pertanyaan hama dan penyakit seperti apakah yang sering menyerang tanaman tebu? Berikut ini akan penukis uraikan beberapa hama dan penyakit yang sering mengganggu budidaya tebu.
Budidaya Tebu - Hama Pengganggu Tanaman Tebu
Adanya serangan hama dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi perkebunan budidaya tebu. Hama penting yang seringkali menyerang tanaman tebu adalah sebagai berikut.1. Penggerek Pucuk (Tryoryza Nivella)
Penggerek pucuk merupakan ulat dari jenis kupu-kupu keluarga Pyralidae. Hama ini berwarna putih, berupa kupu-kupu yang memiliki panjang tubuh sekitar 11 -15cm dengan bentangan sayap sekitar 25 - 30cm. Siklus hidup hama ini berlangsung selama 50 - 56 hari dan stadium pupa 10 -12 hari. Kupu-kupu ini meletakan telurnya di bawah daun atau dekat ibu tulang daun secara berjejer dan berjumlah sekitar 100 -150 butir.Telurnya bulat panjang ditutupi dengan bulu halus seperti beledu berwarna coklat muda. Telur-telur ini biasanya akan menetas dalam waktu 1-2 minggu. Pada saat telur menetas, menjadi larva (ulat), biasanya si ulat muda akan berwarna keabuan, kemudian setelah dewas berubah menjadi warna kuning kecoklatan. Ulat ini memiliki panjang kurang dari 20mm, memiliki benang sehingga memungkinkan bergelantungan dari satu batang ke batang lain untuk memperluas areal serangan.
Serangan ulat ini melalui tulang daun menuju ke bawah, kemudian masuk dan tinggal di tengah-tengah batang. Hama ini menyerang tanaman tebu dari mulai tunas umur 2 minggu hingga umur tanaman tebu dewasa yang siap tebang. Tingkat serngan hama ini mencapai 50% dengan tingkat kematian batang yang tinggi. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan penggunaan parasit hama penggerek, yakni dengan melepas telur Trichogramma javanicum atau Allorhogas Sp.
2. Uret Tanah
Uret merupakan larva dari kumbang. Uret yang biasanya menyerang akar tanaman tebu adalah Lepidiodata stigma, Leucopholis rorida, Psilopholis Sp., dan Pachnessa nicobarica. Uret tanah berukuran 3 - 4 cm, bentuknya mirip huruf C, beruas-ruas, dan berwarna putih atau coklat kekuningan. Serangan uret tanah biasanya terjadi pada tanaman tebu yang diusahakan di lahan kering tipe tanah ringan berpasir.Stadium uret yang menyerang akar tanaman tebu adalah instar 3, yakni stadium rakus karena dapat menimbulkan kerusakan ekonomis. Gejala serangan uret tanah yang dapat diamati adalah tanaman terlihat seperti mengalami kekeringan, mudah roboh, dan mudah dicabut karena akar-akarnya sudah rusak. Serangan berat pada tanaman tebu dewasa dapat meyebabkan berkurangnya bobot tebu ata rendemen gula secara drastis.
Pengendalian uret tanah dapat dilakukan dengan cara biologi, mekanik, dan kimiawi. Cara biologi dilakukan dengan melepas musuh alami, misalnya serangga parasit Campsomeris sp. dan berbagai jenis burung. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan mengumpulkan uret dan kumbangnya untuk dibunuh atau dimusnahkan, serta dengan menjaga kebersihan sanitasi perkebunan.
Sementara itu, pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan melakukan pengaplikasian pestisida yang efektif dan efisien, misalnya CR-Chlorpyrifos. Caranya, pada saat tanam, ditaburkan insektisida secara merata di dasar juringan selebar lebih kurang 15cm, kemudian ditutup tanah.
3. Kutu Bulu Putih
Kutu bulu putih (Ceratovacuna lanigera) termasuk anggota family Aphididae, sifatnya pemakan segala jenis tanaman dan muncul di sepanjang tahun. Kutu bulu putih hidup berkelompok di bawah permukaan daun. Pada setiap kelompok dijumpai tiga bentu stadium kutu, yaitu nimpa, serangga dewasa bersayap, dan serangga dewasa yang tidak bersayap. Pada stadium kutu dan serangga yang tidak bersayap, biasanya ditutupi lapisan lilin berwarna hijau keabuan.Kutu bulu putih menyerang tanaman tebu dengan cara mengisap cairan atau nira dari daun, kemudian mengeluarkan kotoran embun madu yang mengundang kehadiran semut dan kepang jelaga. Gejala serangan yang dapat diamati adalah pertumbuhan tanaman terganggu, warna daun menguning, menyebabkan kekerdilan tanaman, dan yang lebih parah adalah menyebabkan kematian tanaman.
Pengendalian hama kutu bulu putih dapat dilakukan dengan cara biologi, mekanik, dan kimiawi. Pengendalian secara biologi dilakukan dengan memelihara musuh alaminya, seperti tabuhan (Encarsia flavoscutellum). Sementara pengendalain secara mekanik dilakukan dengan cara memotong daun yang terserang dan cara kimiawi dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik, seperti Anthio 330 EC atau Supracid 40 EC.
Selain ketiga hama yang sudah dijelaskan tadi, masih banyak lagi hama yang seringkali menyerang tanaman tebu, seperti belalang, tikus sawah, dan cabuk hitam atau kutu daun. Selain hama-hama tersebut, budidaya tebu juga masih memiliki penghambat lain berupa penyakit.
Budidaya Tebu - Penyakit yang Sering Menyerang Tanaman Tebu
Berikut ini adalah beberapa penyakit penting yang seringkali menyerang atau diderita perkebunan atau tanaman tebu.1. Penyakit Blendok
Penyakit ini adalah salah satu jenis penyakit pada tanaman tebu. Penyakit blendok ini terdiri atas dua jenis, yakni blendok australia dan Blendok jawa. Penyakit blendok australia adalah penyakit tanaman tebu yang disebabkan bakteri yang disebut Bacterium vascularum (Cobb). Bakteri ini disebarkan oleh serangga dan angin. Penularannya melalui luka-luka mekanis dan pisau stek tebu yang terkontaminasi penyakit.Sementara blendok jawa merupakan penyakit tanaman tebu yang diakibatkan oleh bakteri xanthomonas albilineans (Ashby) Dowson. Bakteri ini hidup saprofit dalam tanah dan menular melalui perantaraan pisau yang digunakan untuk memotong stek tebu yang tidak steril.
Gejala penyakit blendok yang dapat diamati adalah pertumbuhan tanaman yang terhambat, tunas ujung membusuk, terdapat garis putih memanjang pada daun, infeksi pada batang, sehingga jika batang tersebut dibelah akan terlihat berkas-berkas pembuluh terdapat blendok berwarna kuning sampai merah tua. Serangan yang berat pada tebu akan menyebabkan akar tanaman menjadi rusak sehingga mudah dicabut.
Pengendalian penyakit blendok australia maupun blendok jawa dapat dilakukan dengan cara menanam varietas yang tahan terhadap serangannya, membinasakan tebu yang sudah terinfeksi, dan selalu menggunakan parang atau pisau pemotong stek tebu yang steril.
2. Penyakit Mosaik
Penyakit mosaik tebu atau penyakit garis-garis kuning disebabkan oleh virus mosaik tebu atau disebut Suigarcane mosaic virus dan oleh Marmor sacchari Holmes atau Saccharum virus 1. Penyakit ini menular dengan perantaran tanaman atau bibit yang sakit, kuti daun jagung, parang pemotong yang tidak steril, dan tanaman inang family Gramineae.Gejala serangan penyakit virus mosaik adalah daun-daun menjadi terlihat belang-belang dan terlihat ada bercak-bercak memanjang berwarna hijau muda. Batang yang terinfeksi menjadi bergaris-garis putih yang tidak teratur, kering dan keriput, serta ruas-ruasnya memendek.
Pengendalian penyakit virus mosaik dapat dilakukan dengan cara menanam jenis atau varietas tebu yang tahan, misalnya Ps 41, Ps 56, Bz 132, dan Bz 148, pengamatan tanaman yang teratur, serta mencabut tanaman sakit untuk dimusnahkan.
3. Penyakit Lainnya
Penyakit lain yang juga sering menyerang tanaman tebu, antara lain penyakit pokahbung yang disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme sheld var., penyakit busuk hitam atau dikenal juga dengan sebutan penyakit nanas, penyakit busuk merah, dan penyakit dongkelan.Pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengurangi serangan penyakit-penyakit lainnya ini adalah dengan cara mnelakukan pengapuran, memperbaiki drainase tanah, menutup bidang potongan bekas stek, menggunakan pisau atau parang potong yang steril.
Nah, itulah bahasan mengenai berbagai hama dan penyakit penting yang kerap mengganggu dalam usaha budidaya tebu. Dengan pengetahuan mengenai berbagai hama dan penyakit ini, diharapkan petani menjadi lebih tanggap untuk melakukan pemberantasannya agar hasil panen tanaman tebu tetap terjaga.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment