Makna Ukhuah
Pemilihan kepala daerah yang marak saat ini di Indonesia, menorehkan
luka yang sangat dalam. Lihatlah berapa banyak persaudaraan yang retak
dan pecah akibat memilih calon kepala daerah yang berbeda.
Oleh : Ustadz Ahmad Dzaki Salim, MAg
Saudara memusuhi saudaranya, kakak tidak bertegur sapa dengan adiknya. Bahkan,
sampai terjadi tawuran antar masing-masing pendukung calon. Peristiwa ini
sangat menyakitkan dan melukai nilai persaudaraan di antara kita.
Kita tidak lagi melihat nilai ukhuwah di antara sesama, padahal ukhuwah merupakan variabel penting dalam bangunan Islam yang kokoh. Ukhuwah juga modal kekuatan umat.
Apa pun arti sebuah kekuatan tak akan mempunyai arti, tanpa adanya persatuan. Persatuan merupakan wujud dari sikap kebersamaan. Kebersamaan muncul dari sikap persaudaraan yang tinggi antar sesama, dan persaudaraan lahir dari iman yang kuat terhadap Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al-Hujurat: 10 yang artinya, ''Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.''
Islam adalah agama sempurna yang berisi petunjuk yang lengkap untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, salah satu petunjuknya adalah hubungan antar manusia khususnya sesama Muslim, yaitu hubungan yang terikat oleh ukhuwah Islamiah.
Ukhuwah bukan dalam arti sempit, hanya terikat hubungan darah dan kekerabatan, tapi ukhuwah yang terikat satu akidah. Dengan dasar akidah inilah yang mampu menyatukan cita-cita, mampu menyatukan sikap dan tujuan, mampu menciptakan persatuan dan kebersamaan yang lebih luas.
Dengan demikian, akan melahirkan sikap takaful (saling membantu), sikap ta’awun (saling menolong), dan sikap tasamuh (saling menghargai dan bertoleransi).
Bukankah seorang Muslim saudara bagi Muslim lainnya? Tidak menganiaya saudaranya, tidak menghina, serta membiarkannya terjerumus kepada kehinaan. ''Barang siapa mencukupi kebutuhan saudaranya, dan membantu menghilangkan kesusahan saudaranya, Allah akan memberikan kelapangan kepadanya pada hari kiamat.'' Begitu Rasulullah SAW bersabda.
''Barang siapa yang menutupi aib saudaranya, Allah SWT akan menutupi aibnya di hari kiamat dan barang siapa yang berusaha menghilangkan kesulitan hidup saudaranya, Allah SWT akan menghilangkan dari dirinya segala kesulitan pada hari kiamat.'' Sabda Rasulullah SAW lainnya.
Pesta demokrasi yang kita lakukan adalah kegiatan rutin dalam negara kita. Kita memilih calon pemimpin yang menurut kita layak, tapi itu tidak boleh menghancurkan ukhuwah.
Tak pantas rasanya, kita saling mencemooh, mengejek, dan menghina, hanya gara-gara memilih seorang pemimpin. Kita tak bertegur sapa hanya untuk sebuah kepentingan duniawi, apalagi dengan mengorbankan begitu besar nilai ukhuwah.
Kitalah umat terbaik yang dilahirkan Allah SWT. Karena itu, jangan mudah diombang-ambing segelintir manusia jahat. Jangan kita menjadi umat seperti yang digambarkan Rasulullah SAW laksana buih di lautan, banyak tapi tidak bermanfaat, dihantam ombak ikut ombak, ombak surut buih pun ikut surut.
Saat kita berpesta pora dan bangga dengan perbedaan, Allah akan sangat mudah menghancurkan kehidupan kita. Ketika kita bangga dengan perpecahan, semua lupa seruan Allah SWT dalam surat Ali Imron: 103 yang artinya, ''Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai.''
Wallahu A'lam.
Kita tidak lagi melihat nilai ukhuwah di antara sesama, padahal ukhuwah merupakan variabel penting dalam bangunan Islam yang kokoh. Ukhuwah juga modal kekuatan umat.
Apa pun arti sebuah kekuatan tak akan mempunyai arti, tanpa adanya persatuan. Persatuan merupakan wujud dari sikap kebersamaan. Kebersamaan muncul dari sikap persaudaraan yang tinggi antar sesama, dan persaudaraan lahir dari iman yang kuat terhadap Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al-Hujurat: 10 yang artinya, ''Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.''
Islam adalah agama sempurna yang berisi petunjuk yang lengkap untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, salah satu petunjuknya adalah hubungan antar manusia khususnya sesama Muslim, yaitu hubungan yang terikat oleh ukhuwah Islamiah.
Ukhuwah bukan dalam arti sempit, hanya terikat hubungan darah dan kekerabatan, tapi ukhuwah yang terikat satu akidah. Dengan dasar akidah inilah yang mampu menyatukan cita-cita, mampu menyatukan sikap dan tujuan, mampu menciptakan persatuan dan kebersamaan yang lebih luas.
Dengan demikian, akan melahirkan sikap takaful (saling membantu), sikap ta’awun (saling menolong), dan sikap tasamuh (saling menghargai dan bertoleransi).
Bukankah seorang Muslim saudara bagi Muslim lainnya? Tidak menganiaya saudaranya, tidak menghina, serta membiarkannya terjerumus kepada kehinaan. ''Barang siapa mencukupi kebutuhan saudaranya, dan membantu menghilangkan kesusahan saudaranya, Allah akan memberikan kelapangan kepadanya pada hari kiamat.'' Begitu Rasulullah SAW bersabda.
''Barang siapa yang menutupi aib saudaranya, Allah SWT akan menutupi aibnya di hari kiamat dan barang siapa yang berusaha menghilangkan kesulitan hidup saudaranya, Allah SWT akan menghilangkan dari dirinya segala kesulitan pada hari kiamat.'' Sabda Rasulullah SAW lainnya.
Pesta demokrasi yang kita lakukan adalah kegiatan rutin dalam negara kita. Kita memilih calon pemimpin yang menurut kita layak, tapi itu tidak boleh menghancurkan ukhuwah.
Tak pantas rasanya, kita saling mencemooh, mengejek, dan menghina, hanya gara-gara memilih seorang pemimpin. Kita tak bertegur sapa hanya untuk sebuah kepentingan duniawi, apalagi dengan mengorbankan begitu besar nilai ukhuwah.
Kitalah umat terbaik yang dilahirkan Allah SWT. Karena itu, jangan mudah diombang-ambing segelintir manusia jahat. Jangan kita menjadi umat seperti yang digambarkan Rasulullah SAW laksana buih di lautan, banyak tapi tidak bermanfaat, dihantam ombak ikut ombak, ombak surut buih pun ikut surut.
Saat kita berpesta pora dan bangga dengan perbedaan, Allah akan sangat mudah menghancurkan kehidupan kita. Ketika kita bangga dengan perpecahan, semua lupa seruan Allah SWT dalam surat Ali Imron: 103 yang artinya, ''Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai.''
Wallahu A'lam.
Oleh : Ustadz Ahmad Dzaki Salim, MAg
Post a Comment